VKTR Dukung Penyedia Layanan Transportasi Beralih ke Kendaraan Listrik

Bakrie Center Foundation selenggarakan The SDGs National Seminar. (Foto : Bakrie)

Antv –Sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar polusi udara terutama di wilayah perkotaan. Emisi kendaraan bermotor berkontribusi sebesar 70 persen terhadap pencemaran Nitrogen Oksida (NOx), Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), dan Partikulat (PM).

Masih maraknya penggunaan kendaraan pribadi di wilayah perkotaan, menjadi salah satu faktor penyebab semakin tingginya tingkat polusi udara yang membahayakan kesehatan masyarakat.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021 total kendaraan bermotor sebanyak 143.797.227. 84% diantaranya merupakan kendaraan roda dua (121 juta unit), 12%nya merupakan kendaraan penumpang (16,9 juta unit), dan 4% merupakan bus & truk.

Hal ini disampaikan oleh Periset Koaksi Indonesia, Siti Koiromah pada The SDGs National Seminar yang diselenggarakan oleh Bakrie Center Foundation pada Kamis (3/11) secara hybrid.

Sedangkan Jawa Timur merupakan daerah paling banyak pengguna kendaraan pribadi karena menurut Koiromah di Jawa Timur masih minim sarana transportasi publik untuk mendukung peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi umum.

“Infrastruktur transportasi umum yang memadai akan mendorong masyarakat untuk mengakses sarana transportasi umum. Polusi udara yang dihasillkan oleh emisi karbon kendaraan bermotor dapat menurunkan angka harapan hidup dan kematian dini 3 juta jiwa per tahun,” ungkap Koiromah.

Sedangkan Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi menjelaskan bahwa pemerintah telah mendukung para penyedia jasa layanan transportasi dengan memberikan subsidi agar semakin banyak masyarakat yang beralih dari kendaraan pribadi menjadi menggunakan transportasi umum.

Hal tersebut disampaikan saat Budi membuka The SDGs National Seminar mengenai transisi energi untuk mengurangi dampak polusi udara yang diselenggarakan Bakrie Center Foundation pada Kamis (3/11) secara hybrid di Bakrie Tower.

“Kementerian Perhubungan memiliki perhatian khusus dengan transportasi umum, seperti integrasi transportasi umum yang sudah dilakukan oleh MRT, LRT, dan BRT (Bus Rapid Transit). Saat ini juga mulai mendorong adanya kendaraan listrik secara masif. Saat ini pilot project bus listrik sudah dilakukan di Bandung dan Surabaya,” jelasnya.

PT Transjakarta menjadi salah satu penyedia transportasi umum yang mulai beralih menggunakan bus listrik. Saat ini PT Transjakarta memiliki 4.357 armada bus. 30 diantaranya telah menggunakan bus listrik (low entry bus).

Menurut analisis weel to wheel, elektrifikasi 1.724 bus transjakarta dapat menurunkan 50,3 persen tingkat emisi karbon yang dihasilkan oleh armada bus Transjakarta saat ini.

“Di tahun 2022, memang baru 2 persen dari armada bus Transjakarta yang beralih ke listrik yaitu sebanyak 30 armada. Namun, kami memiliki road map untuk menggunakan 100 persen bus listrik pada tahun 2030, dengan taksiran sebanyak 10.047 bus,” jelas Yoga Adiwinarto, Direktur Operasi dan Keselamatan PT Transjakarta saat menjadi narasumber dalam The SDGs National Seminar series mengenai peran korporasi untuk menyelesaikan masalah polusi udara.

Pada semester kedua di tahun 2022 direncanakan ada 70 bus listrik yang akan dioperasikan oleh Transjakarta. Adapun rencana pembaruan fitur Transjakarta menuju elektrifikasi armada bus salah satunya mengutamakan bus berbasis diesel dan CNG dengan komposisi bus gandeng, bus besar, dan bus maxi.

“Elektrifikasi seluruh armada bus dapat mengurangi polusi gas buang PM 2,5 sebanyak 295,5 ton, SO2 sebesar 190,4 ton, dan NOx sebesar 6804,2 ton secara kumulatif di DKI Jakarta pada tahun 2030,” tambah Yoga.

Sebagai produsen kendaraan listrik spesialisasi bus listrik, PT VKTR Teknologi Mobilitas turut mewarnai pandangan terkait penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon akibat penggunaan kendaraan bermotor dalam The SDGs National Seminar.

CEO PT VKTR Teknologi Mobilitas, Gilarsi W.Setijono menyampaikan kendaraan ramah lingkungan seperti kendaraan listrik merupakan solusi. Indonesia sudah menetapkan target untuk mempercepat lahirnya ekosistem transportasi listrik.

“Tantangan penetrasi kendaraan listrik memang masih banyak misalnya soal public charging station, harga row material untuk battery, harga kendaraan listrik, dan sebagainya. Namun peluang dan keuntungannya juga banyak. Misalnya bahan bakar fosil akan semakin mahal, maka konversi ke EV akan makin dibutuhkan, sebab menguntungkan tidak hanya secara lingkungan, tetapi juga secara ekonomi,” jelas Gilarsi.

VKTR memiliki misi untuk mempercepat elektrifikasi transportasi dengan mengatasi kemacetan pasokan baterai dan pada akhirnya akan mendukung target pemerintah untuk Net Zero Emmision di tahun 2060.